Supono, M.Si

MEMPERKENALKAN SOSIOLOGI


Saat ini anda berada dalam sebuah belantara yang bila digambarkan seperti rimba raya dengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para penghuninya baik manusia yang sangat konvensional pada awalnya maupun berbagai ragam binatang maupun hewan di dalamnya sebagai pengisi sistem di dalamnya. Kalau berpikir tentang hewan jelas di dalam belantara itu yang besar, kuat dan rakus akan memakan dan menerkam hewan yang lemah dan membentuk koloni sendiri di dalam sistemnya yang nampak kebuasannya karena dalam hewan itu tidak mengenal nilai, norma maupun tata aturan tertentu.

Lain halnya, apa yang akan anda pelajari nantinya yaitu sebuah ilmu yang mengkaji tentang perikehidupan manusia, nota bene meskipun "agak sedikit berperilaku seperti hewan tersebut" tetapi manusia mempunyai akal, naluri, etika dan moral dalam melakukan hubungan sosial dengan sesamanya. Meskipun terjadi konflik di sana tetapi tetap dalam koridor aksiologi atau dengan pertimbangan nilai meskipun agak nampak kerakusannya. Contoh: Pergeseran penghuni di kota-kota besar rata-rata yang memiliki rumah mewah adalah orang yang kaya raya, hal ini menggeser dan memarginalkan mereka yang kurang beruntung karena kepandaiannya dalam percaturan kesempatan untuk memperoleh "kebuasan fasilitas " yang dimilikinya. Untuk mengerti tentang ilmu sosiologi ini, silahkan anda mempelajari materi berikutnya di bahasan ini.....

Materi Kelas x

Semester satu

  1. Konsep dasar sosiologi

  2. Teori sosiologi, ruang lingkup dan objek sosiologi

  3. Fungsi sosiologi dalam memahami gejala sosial

  4. Pengertian, faktor dan bentuk interaksi sosial

Semester dua

  1. Sosialisasi

  2. Nilai dan norma sosial

  3. Perilaku menyimpang dan pengendalian sosial

  4. Penelitian sosial sederhana

MATERI KELAS XI

Semester satu

  1. Kelompok sosial

  2. Permasalahan sosial

  3. Perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial

Semester dua

  1. Konflik, kekerasan dan upaya penyelesaian

  2. Integrasi dan reintegrasi sosial

perspektif sosiologi

Perspektif sosiologi adalah asumsi yang digunakan dalam obyek kajian sosiologi. Asumsi ini berupa cara pandang dalam memahami berbagai gejala yang terjadi berdasarkan keyakinan orang yang mempelajari obyek tersebut. Macam-macam perspektif sosiologi antara lain: perspektif evolusionis, perspektis fungsionalis dan persepsi konflik. Pengertian perspektif atau sudut pandang sebenarnya dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam menilai sesuatu yang bisa dipaparkan baik secara lisan maupun tulisan. Hampir setiap hari orang-orang selalu mengungkapkan perspektif dan sudut pandang mereka mengenai berbagai macam hal. Sebagai contoh, orang yang selalu memberikan sudut pandangnya mengenai sesuatu melalui media social, dengan cara memperbaharui statusnya hingga mengomentari status teman atau saudaranya. Itu merupakan salah satu contoh yang terjadi dalam keseharian sehari-hari bila seseorang dalam melakukan aktivitasnya dengan sudut pandang yang dituangkan dalam sebuah tulisan.

Macam-macam perspektif dalam sosiologi

  1. Perspektif interaksionis. Sudut pandang dalam memusatkan perhatian terhadap interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat dan kata-kata, baik lisan maupun tulisan.

  2. Perspektif evolusionis. Sudut pandang dalam memusatkan perhatian pada pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda untuk mengetahui urutan umum yang ada.

  3. Perspektif fungsionalis. Sudut pandang dalam melihat masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan memiliki seperangkat aturan dan nilai kelompok atau lembaga yang melaksanakan tugas tertentu secara terus menerus sesuai dengan fungsinya yang dinut oleh sebagian besar anggotanya. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang stabil dengan kecendrungan kearah keseimbangan, yaitu untuk mempertahankan system kerja yang selaras dan seimbang.

  4. Perspektif konflik. Sudut pandang yang berasumsi bahwa adanya pertentangan antar kelas daneksploitasi kelas di dalam masyarakat sebagai penggerak utama ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dalam sejarah. Masyarakat terikat sebab ada kekuatan dari kelompok kelas yang dominan. Kelompok ini menciptakan suatu konsensus untuk melaksanankan nilai-nilai dan peraturan di masyarakat.

Bila perspektif tersebut dikaitkan dengan disiplin intelektual dalam memandang sesuatu untuk mengatasi persoalan maka timbullah paradigma. Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual. Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para dan deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik).

Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. Secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigma berarti pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi poko kpersoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Jadi,paradigma ilmu pengetahuan adalah model atau kerangka berpikir beberapa komunitas ilmuan tentang gejala-gejala dengan pendekatan fragmentarisme yang cenderung terspesialisasi berdasarkan langkah-langkah ilmiah menurut bidangnya masing-masing. Paradigma sosiologi merupakan ‘cara pandang’ dalam melihat persoalan atau fenomena sosial. Istilah paradigma awal mulanya diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dalam karyanya ‘The Structure of Scientific Revolution’.

Paradigma merupakan suatu pandangan pokok mengenai persoalan yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan. Secara sederhana, paradigma juga bisa dipahami sebagai ‘cara pandang’ ilmuwan dalam melihat suatu persoalan. Konsep paradigma dipopulerkan dalam sosiologi oleh Robert Friedrichs (1970) melalui karyanya ‘Sociology of Sociology’. George Ritzer (1992) menulis secara spesifik paradigma-paradigma yang ada dalam sosiologi. Dalam bukunya ‘Sociology: A Multiple Paradigm Science’, Ritzer memaparkan tiga paradigma sosiologi sebagai ilmu sosial, yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Ketiga paradigma tersebut menegaskan bahwa sosiologi bukanlah ilmu yang berpandangan tunggal terhadap suatu pokok persoalan tetapi sosiologi sebagai ilmu berparadigma multiple.

Macam-macam paradigm tersebut antara lain:

  1. Paradigma fakta social. Paradigma fakta sosial ialah cara pandang yang meletakkan fakta sosial sebagai sesuatu yang nyata ada di luar individu, di luar self, di luar subjek. Penekanannya ialah fakta sosial memiliki realitasnya sendiri. Garis besar paradigma ini terbagi menjadi dua, yaitu struktur sosial dan institusi sosial. Struktur sosial dapat dicontohkan seperti kelas, kasta dan strata sosial. Institusi sosial misalnya, nilai, norma, peran dan posisi sosial. Teori struktural-fungsional dan teori konflik dikategorikan oleh Ritzer ke dalam paradigma ini. Sosiolog yang mewakilinya, antara lain Durkheim dan Marx.

  2. Paradigma definisi social. Paradigma definisi sosial ialah cara pandang yang menekankan bahwa realitas sosial bersifat subjektif. Eksistensi realitas sosial tidak terlepas dari individu sebagai aktor yang melakukan suatu tindakan. Struktur sosial dan institusi sosial dengan demikian dibentuk oleh interaksi individu. Melalui paradigma ini, tindakan sosial berusaha untuk dipahami dan diinterpretasikan secara subjektif. Teori tindakan Weber, teori interaksionisme simbolik, dramaturgi dan fenomenologi masuk dalam kategori paradigma ini.

  3. Paradigma perilaku social. Paradigma perilaku sosial ialah cara pandang yang memusatkan perhatiannya pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Realitas sosial merupakan realitas objektif yang dibentuk melalui perilaku-perilaku individu yang nyata dan empiris. Tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungannya merupakan bentuk dari realitas sosial itu sendiri. Teori perilaku atau behavioral dan teori pertukaran sosial Homans dan Blau dapat dikategorikan ke dalam paradigma ini. Teori-teori dan paradigma sosiologi sejatinya dinamis dan tidak sempurna pada dirinya. Realitas sosial yang selalu berubah menuntut teori dan paradigma untuk menyesuaikannya. Teori-teori tersebut pada dasarnya juga merupakan cara pandang terhadap realitas sosial. Suatu realitas yang tidak bisa dijelaskan oleh satu teori dan paradigma, sangat mungkin dapat dijelaskan oleh teori dan paradigm yang lain. Semuanya saling melengkapi dalam disiplin ilmu sosiologi.

MANFAAT MEMPELAJARI SOSIOLOGI

Diantara manfaat ilmu sosiologi dalam kehidupan masyarakat adalah :

  • Menambah pengetahuan tentarng kebhinekaan sosial serta keberagaman budaya yang menyangkut sistem nilai dan norma, adat istiadat, keseniaan, dan unsur – unsur budaya lainnya. Dengan mempelajari sosiologi, kita akan memperoleh pengetahuan tentang macam – macam karakteristik sosial individu maupun kelompok individu dalam masyarakat.

  • Sosiologi bermanfat menumbuhkan kepekaan masyarakat terhadap toleransi sosial dala kehidupan sehari – hari, sehingga akan terwujud masyarakat yang saling mengerti.

  • Denganmempelajari sosiologi, kita dapat melihat dengan jelas diri kita baik sebagai individu maupun anggota dalam masyarakat.

  • Sosiologi membantu setiap masyarakat tentang tempat kita dalam masyarakat maupun budaya lain yang belum diketahui.

  • Sosiologi membantu masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk interaksi masyarakat.

  • Sosiologi membantu masyarakat untuk mengontrol dan mengendalkan tindakan dan perilaku pada tiap – tiap interaksi masyarakat.

  • Sosiologi juga diharapkan mampu membuat masyarakat semakin mengerti norma, tradisi, keyakinan, dan nilai – nilai yang dianut oleh masyarakat lain serta mampu memahami perbedaan – perbedaan uang ada pada masyarakat.

  • Pengetahuan sosiologi bermanfaat untuk menghindari konflik sosial terutama konflik antargolongan, antarsuku, maupun antar ras.

  • Sosiologi bermanfaat untuk menghindari dominasi sosial misalnya: dominasi politik,dominasi ekonomi, maupun dominasi kebudayaan.

  • Sosiologi juga bermanfaat untuk meningkatkan integritas nasional terutama Indonesia yang memiliki kemajemukan bangsa. Dengan sosiologi diharapkan mampu meningkatkan rasa saling pengertian atar sukubagsa dan kerjasama yang erat diantara unsure – unsure sosial yang berbeda.

  • Sosiologi sebagai interaksi sosial yang merupakan hubungan – hubungan sosial yang dinamis yang didalamnya menyangkut hubungan antara individu, kelompok maupun individu dengan kelompok.

  • Sosiologi dalam masyarakat bermanfaat sebagai ahli riset. Para sosiolog melakukan riset ilmiah untuk mencari data tentang kehidupan sosial suatu masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut sosiolog harus menghasilkan kebenaran – kebenaran agar dampak dampak negatif dalam masyarakat bisa dihindari.

  • Sosiologi sebagai konsultan kebijakan, artinya sosiologi dapat membantu memperkirakan pengaruh kebijakan – kebijakan sosial yang mungkin terjadi dalam masyarakat.

  • Sebagai generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, sosiologi akan membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala–gejala sosial dalam masyarakat yang semakin kompleks, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap situasi sosial yang dihadapi sehari – hari. (15/08/14-manfaat-sosiologi-dalam- kehidupan-bermasyarakat.html)

Sedangkan bagi diri kita sendiri sebagai individu terdapat beberapa manfaat mempelajari sosiologi, antara lain:

      1. Dengan mempelajari sosiologi, kita akan dapat melihat dengan lebih jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun (dan terutama) sebagai anggota kelompok atau masyarakat.

      2. Sosiologi membantu kita untuk mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat, serta dapat melihat ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita ketahui sebelumnya.

      3. Sosiologi membantu kita mendapatkan pengetahuan tentang berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik antarindividu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok.

      4. Sosiologi membantu mengontrol dan mengendalikan tindakan dan perilaku sosial tiap anggota masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

      5. Dengan bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain, serta memahami perbedaan-perbedaan yang ada. Tanpa hal itu perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi alasan untuk timbulnya konflik di antara anggota masyarakat.

urgensi sosiologi

Pernahkah anda berpikir bahwa setiap orang bila melakukan perilaku, mulai dari bangun tidur di pagi hari pasti melakukan aktivitas hubungan sosial sampai tidur kembali di sore atau malam harinya. Tidak mungkin seseorang menyendiri tanpa adanya keterlibatan orang lain dalam kehidupannya. Oleh karena keterlibatan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dengan maksud dan tujuan tertentu maka saat itulah seseorang sudah terlibat dalam urusan "SOSIOLOGI". Tergantung apa yang menjadi pokok urusan yang terlibat dalam hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok.

Sosiologi tidak berhenti di situ, tetapi mengembangkan dirinya baik dikaji secara teoritis untuk memperdalam mutunya maupun digunakan untuk menanggulangi masalah sosial di masyarakat. Karena urgennya sosiologi dalam mengkaji masalah yang dihadapi oleh manusia dan semakin spesialisasi kehidupan masyarakat yang kompleks maka pokok persoalan yang melibatkan hubungan sosial yang kompleks pula maka lahirlah cabang dalam sosiologi tersebut sebagai ilmu pengetahuan, seperti:

  1. SosiologKeluarga

  2. Sosiologi Pendidikan

  3. SosiologiPolitik

  4. Sosiologi Agama

  5. Sosiologi Perkotaan

  6. Sosiologi Pedesaan

  7. Sosiologi Pasar

  8. Sosiologi Pemerintahan

  9. Sosiologi Kesehatan

  10. Sosiologi Pertanian

  11. Dsb.

MEMOTIVASI UNTUK BELAJAR SOSIOLOGI

Peran guru sosiologi dalam proses pembelajaran bagi siswa disamping mengajar, mendidik dan melatih ilmu pengetahuan yang disampaikannya agar terjadi perubahan sikap dan perilaku menuju kedewasaan, seorang guru harus mampu memotivasi siswanya agar gairah dalam menuntut ilmu selalu stabil dan meningkat. Motivasi guru sosiologi akan mempengaruhi perilaku siswanya dalam memerlukan rasa keingintahuan dan rasa haus ilmu sejalan dengan semangat belajar siswa. Demikian juga dalam kegiatan belajar mengajar sosiologi di sekolah, memberi peluang bagi siswa untuk melakukan empat hal yang menjadi pilar pendidikan, yaitu: 1) belajar untuk mengetahui (learning to know); 2) belajar untuk melakukan (learning to do); 3) belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be); dan 4) belajar untuk hidup bersama (learning to live together). Untuk memenuhi empat pilat tersebut dalam melakukan kegiatan belajar mengajar sosiologi harus memenuhi prinsip-prinsip:

  1. Berpusat pada siswa. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun ide dan konsep-konsep. Sehingga dalam proses belajar mengajar melibatkan siswa dan berpusat pada siswa karena untuk kepentingan siswa, bukan kepentingan pihak lain. Prinsip ini menuntut adanya kegiatan belajar mengajar yang memposisikan siswa sebagai subyek, bukan obyek belajar. Guru memberikan pendalaman materi, bila siswa belum mampu menyerap materi yang disampaikannya.

  2. Belajar dengan melakukan Life skill perlu dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar untuk memberikan pengalaman nyata bagi diri siswa. Tanpa melakukan kegiatan yang dimaksud, siswa mudah dalam melupakan ide dan konsep yang telah tertanam sebelumnya tumbuh mekar di dalam otaknya. Tanpa dibarengi dengan amalan yang telah diperolehnya maka ilmu hanya menjadi sebatang pohon yang tidak berbuah. Guru memberikan tugas mengamati dan menerapkan dalam kehidupan sehingga sisa dapat membentuk dan merangkum pernyataan yang pernah ia lakukan.

  3. Mengembangkan kemampuan social. Kegiatan belajar mengajar memberikan ruang gerak kepada siswa untuk bersosialisasi dengan menghargai perbedaan, baik pendapat, sikap, kemampuan, prestasi dan berlatih untuk bekerja sama. Guru dapat mendorong siswa untuk mengkomunikasikan gagasan, hasil kreasi dan temuannya kepada siswa lain, guru ataupun pihak lain. Sehingga kegiatan belajar mengajar dapat mendorong siswa untuk mengembangkan empatinya dalam membangkitkan sikap saling pengertian dengan menyelaraskan pengetahuan dan tindakannya. Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa agar siswa mampu mengembangkan kemampuan sosialnya.

  4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan. Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi untuk modal dasar dalam bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif sedangkan fitrah bertuhan untuk bertakwa kepada Tuhan. Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar memperhatikan rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah bertuhan agar proses belajarnya menjadi bermakna bagi siswa. Guru memotivasi perkembangan anak secara individual tentang rasa keingintahuan, imajinasi dan fitrah bertuhan siswa.

  5. Mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah. Siswa memerlukan ketrampilan memecahkan masalah agar berhasil dalam kehidupannya. Untuk itu, kegiatan belajar mengajar dipilih dan dirancang agar mampu mendorong dan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkannya dengan menggunakan kemampuan kognitif dan metakognitif. Selain itu, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dapat merangsang siswa untuk secara aktif mencari jaaban atas permasalahannya dengan menggunakan prosedur ilmiah.

  6. Mengembangkan kreativitas siswa. Siswa memiliki potensi untuk berbeda, perbedaan tersebut terlihat dalam pola piker, daya imajinasi, fantasi dan hasil karyanya. Konsekuensinya, kegiatan belajar mengajar perlu dipilih dan dirancang agar dapat memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas siswa.

  7. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi. Siswa memiliki kemampuan untuk mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini. Kegiatan belajar mengajar memberikan peluang agar siswa mmperoleh informasi dari multimedia, setidaknya dalam penyajian materi dan penggunaan media pembelajaran. Tugas yang diberikan oleh guru mengarahkan siswa untuk menggunakan teknologi seperti computer, televisi, internet dsb.

  8. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga yang baik. Siswa perlu memperoleh wawasan dan kesadaran untuk menjadi warga Negara yang baik. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dapat memberikan wawasan dan kesadaran tentang nilai-nilai moral dan social. Sehingga dengan adanya proses belajar mengajar mampu menggugah kesadaran siswa akan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara. Tugas siswa yang diberikan guru menyangkut aplikasi pembelajaran terhadap fenomena social yang mengandung nilai-nilai moral dan social.

  9. Belajar sepanjang hayat. Belajar adalah sebuah proses yang tidak mengenal titik henti, hanya ajal yang mampu untuk menghentikan kegiatan belajar. Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk ketahanan fisik dan mentalnya. Untuk itu, kegiatan belajar mengajar dapat mendorong siswa dalam melihat dirinya secara positif, mengenal dirinya sendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya, kemudian dapat mensyukuri apa yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya. Demikian pula, kegiatan belajar mengajar perlu membekali siswa dengan keterampilan belajar yang meliputi rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan berkomunikasi, memahami orang lain dan bekerjasama. Sehingga siswa termotivasi untuk senantiasa belajar, kapan dan di mana pun ia berada. Konsep belajar sepanjang hayat yang paling idal adalah dengan mengamalkan ilmu yang sudah diperoleh. Peran guru selalu memberikan tugas kepada siswanya baik di dalam kelas maupun di luar kelas untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, teknologi, sikap dan perilakunya menuju kearah kedewasaan.

  10. Perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas. Secara naluriah, siswa memiliki potensi untuk berkompetisi, bekerja sama, dan mengembangkan solidaritasnya. Kegiatan belajar mengajar dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi tersebut. Untuk itu, kegiatan belajar mengajar perlu menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri, selain tugas-tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. Tugas berupa laporan individu dikerjakan supaya siswa dapat berkompetisi secara sehat dan sportif dengan teman-temannya. Sedangkan tugas berupa laporan kelompok diberikan untuk melatih siswa supaya mereka dapat bekerja sama dan memupuk solidaritas pada sesama.